MPN – JAYAPURA. Dalam rangka memperingati hari Museum Nasional dan dies natalis Universitas Cenderawasih (Uncen) ke-63, Jumat 914/11) 2025, museum Loka Budaya Uncen menggelar Festival Seni Rupa Budaya Papua yang berlangsung hingga Minggu (16/11) 2025, di gedung dan halaman Museum Loka Budaya di Abepura dengan tema “Merajut keberagaman, Merayakan Identitas”.
Menurut Kepala Museum Loka Budaya Uncen Abepura, Enrico Yorri Kondologit, S.Sos., M.Si., Festival Seni Rupa ini merupakan yang pertama digelar khusus bagi anak-anak usia PAUD hingga SMA. Menurutnya, anak-anak adalah pewaris yang mewarisi kekayaan kebudayaan.
“Seni rupa ini adalah bisa kita kategorikan sebagai festival yang pertama, secara khusus cuma kita fokus pada anak-anak. Kenapa? Karena anak-anak ini adalah pewaris yang mewarisi kekayaan kebudayaan kita ke depan. Selama ini, memang kegiatan-kegiatan kebudayaan yang dilakukan itu selalu bersifat umum saja, tidak pernah ada kegiatan yang difokuskan buat anak-anak. Terutama dari anak-anak usia kecil sampai usia remaja. Nah, itu yang terutama, pelajar juga karena belum pernah ada ruang yang terbuka untuk anak-anak remaja itu dong mengikuti atau pelajar mengikuti suatu kegiatan kebudayaan, itu mereka dikategori sebagai umum dan tidak secara khusus. Makanya, kegiatan kali ini kita fokus pada seni rupa. Kenapa seni rupa? Karena Seni Rupa itu kan meliputi kebudayaan fisik, kita di Papua kan ada melukis, menganyam, mengukir. Nah, itu bagian-bagian itu, kita semua kasih masuk dan kita selip juga dengan kegiatan-kegiatan lain seperti akustik dan yospan,” ujar Kepala Museum Loka Budaya Uncen.
Kepala Loka Budaya Uncen Abepura juga merasa senang karena kegiatan ini bisa di support Bank Papua, Gramedia, dan Dinas Kesehatan. DIharapkan di tahun depan juga, dapat dikolaborasikan lagi dalam event yang sama dan mendapat dukungan juga dari Dinas-dinas terkait lainnya.
“Kita tahu bahwa, museum ini kan pelopor grup Mambesak yang juga lahir di tempat ini, sehingga aliran musik tradisional itu termasuk akustik di dalamnya, itu bagian yang dikerjakan oleh kita. Memang baru pertama, dan kita selama ini berapa kali ini juga telah mencoba berkolaborasi untuk bekerjasama dengan teman-teman di Kementerian Kebudayaan, secara khusus Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) tetapi juga dengan Pemda, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan juga Dinas Pariwisata dan Pendidikan. Sayangnya, memang kita tahu kondisi keadaan sekarang, jadi sampai sekarang belum ada support dari mereka. Tapi puji Tuhan, saat ini ada support dari Bank Papua kemudian Gramedia dan juga dari Dinas Kesehatan. Dengan ini, kami harap, tahun depan kegiatan yang sama ini bisa kita sinkronisasikan atau kolaborasikan dengan kegiatan lainnya. Terutama yang kita selama ini lakukan kan adalah menjelang Dies Natalis, sehingga ini menjadi satu bagian, karena sebenarnya di bulan Oktober itu disebut sebagai bulan budaya nasional. Karenanya, 12 Oktober itu diperingati sebagai HUT Museum se Indonesia, Museum Nasional. Jadi, kalau kita mulai start, misalnya dengan Dies Natalis dimulai 10 Oktober, seharusnya rangkaian kegiatan ini bisa kita lakukan seperti itu juga. Nah, harapan kita sebenarnya juga mendapat dukungan support dari Rektorat UNCEN, dalam hal ini pimpinan Universitas untuk memberikan penyediaan fasilitas,” pesannya lagi.
Kepala museum Loka Budaya Uncen Abepura juga berharap, agar tahun depan kegiatan ini dapat direncanakan dengan baik dan juga ada keterlibatan dari berbagai pihak dalam menyukseskan HUT Budaya Nasional sekaligus Dies Natalis Universitas Cenderawasih.
“Kami harap sekali bahwa, pimpinan (Rektor Uncen) juga bisa terbuka dengan hal-hal seperti ini dan support dari pimpinan untuk kita, sekarang kita kan sdh BLU. Artinya, kegiatan-kegiatan yang seperti ini patut dilakukan untuk juga membackup dan kita kan sekarang sudah menjadi UPA, yaitu (Unit Penunjang Akademik) dan kegiatan yang kita lakukan ini adalah bagian dari akademik. Nah, itu yang kami harapkan dan sebagai Kepala Museum serta teman-teman komunitas yang terlibat juga berharap, di tahun depan dapat direncanakan dengan lebih baik dan ada dukungan dari semua pihak terutama Pimpinan Universitas, serta daerah-daerah. Karena kalau dari perspektif tempat, tempat kita paling safety karena Museum terbuka untuk umum dan halaman akses sangat baik sekali di sini, letaknya juga ada di tengah-tengah. Orang tidak perlu harus ke tempat jauh tapi ada di sini. Jadi ke depan kita harapkan, seperti itu dan kita terbuka untuk semua pihak bisa ikut. Dapat bekerja sama, supaya kita bisa lakukan kegiatan-kegiatan dan juga inovasi. Sebenarnya supaya selain untuk mengenalkan kebudayaan kita, tapi juga terus melestarikannya,” pesannya.














