MPN – NABIRE. Upaya penanganan banjir di Kampung Sima – Distrik Yaur, Kabupaten Nabire – Papua Tengah, terus dilakukan. Memasuki hari kelima (Senin,3/11) 2025, pembangunan tanggul buatan di bantaran Sungai Sima dikerjakan menggunakan alat berat bantuan dari dua perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Nabire Baru dan PT Sariwana Adi Perkasa.
Pekerjaan tersebut dimulai sejak 28 Oktober 2025, atas inisiatif Suku Besar Yerisiam Gua yang berkoordinasi dengan Wakil Ketua IV DPR Papua Tengah, John NR Gobai, setelah banjir bandang melanda Kampung Sima pada 9 Oktober 2025 lalu. Banjir tersebut kembali menimbulkan kerusakan dan lumpur yang menggenangi permukiman warga, tanpa ada penanganan serius dari pemerintah daerah.
“Sejak 2017 banjir di Sima terus terjadi tanpa solusi permanen. Kami berharap wilayah ini ditetapkan sebagai zona rawan bencana, agar ada alokasi anggaran untuk pembangunan talud dan drainase permanen,” ujar John NR Gobai di lokasi pekerjaan, Minggu (2/11).
Atas koordinasi Gobai, dua perusahaan sawit tersebut memberikan bantuan alat berat excavator dan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 600 liter solar. Sementara itu, John NR Gobai menambah dukungan 400 liter solar, dan Kerukunan Jawa Barat di Nabire yang dipimpin, Tabroni M Cahya juga menyumbang 400 liter solar untuk mendukung operasional alat berat.
Tabroni M Cahya menyampaikan keprihatinannya atas kondisi banjir yang terus melanda Kampung Sima. “Kami berharap pemerintah daerah lebih serius menangani banjir ini. Kami masyarakat hanya bisa membantu sebisanya, seperti menyumbang BBM agar pekerjaan normalisasi sungai bisa berjalan,” ujarnya.
Tokoh pemuda Yerisiam Gua, Benyamin Inggeruhi, turut menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan. “Terima kasih kepada Kaka John, Kaka Tabroni, dan pihak PT Nabire Baru serta PT Sariwana Adi Perkasa. Bantuan alat berat dan BBM ini sangat berarti bagi kami masyarakat Sima yang selama ini gelisah dengan ancaman banjir,” katanya.
Dari informasi yang dihimpun, pekerjaan tanggul buatan ini tidak hanya fokus pada penguatan bantaran sungai, tetapi juga mencakup pembuatan saluran baru dan danau buatan untuk menampung debit air ketika curah hujan tinggi. Dalam jangka panjang, danau-danau ini juga akan dikembangkan sebagai destinasi wisata mancing yang dikelola oleh masyarakat adat Suku Yerisiam Gua.
Meski demikian, hingga kini belum ada langkah konkret dari pemerintah daerah maupun provinsi terkait penanganan permanen banjir di wilayah tersebut. Padahal, kawasan adat Suku Besar Yerisiam Gua merupakan salah satu penyumbang penerimaan pajak dan dana bagi hasil (DBH) dari sektor kehutanan dan perkebunan sawit di Kabupaten Nabire.
Warga berharap agar pemerintah segera turun tangan, tidak hanya di Kampung Sima, tetapi juga di wilayah lain yang mengalami persoalan serupa seperti Wanggar dan Yaro di Nabire Barat.
“Pekerjaan ini hanyalah langkah awal dari kepedulian bersama. Namun pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang nyata, bukan sekadar janji,” tegas John NR Gobai.














