Papua di Persimpangan Nurani

Antara Krisis Empati dan Penghargaan pada Manusia

Dari Dialog Menjawab Solusi Kemanusiaan di Papua Tengah. (Foto: MPN.doc)
banner 120x600

DALAM sepekan ini, berbagai peristiwa kembali mengusik hati nurani publik Papua. Dari kasus penanganan longsoran di area GBC PT Freeport Indonesia yang masih menunggu kejelasan dan tanggung jawab, persoalan hak ulayat yang kembali mencuat di Nabire, penolakan terhadap kehadiran militer di sejumlah wilayah Papua, Tindak Kekerasan oleh Kelompok Ekstrim hampir di seantero Tanah Papua, hingga kasus perundungan (bullying) yang mencoreng dunia pendidikan di Sekolah Kalam Kudus Timika, bahkan prosesi regenerasi kepemimpin PT Freeport Indonesia kepada sosok Orang Asli Papua mencuat menjadi perbincangan publik.

Berita-berita ini, bila dipandang sekilas, tampak berbeda satu sama lain. Namun bila kita renungkan lebih dalam, semuanya berakar dari persoalan yang sama tentang krisis empati dan kegagalan kita sebagai manusia untuk saling mendengar, memahami, dan menghargai kehidupan.

Sebagai media lokal yang lahir dari denyut nadi masyarakat Papua, Momen Papua News tidak hanya bertugas melaporkan fakta, tetapi juga menyuarakan hati nurani publik. Kami percaya, kalau setiap berita di tanah ini bukan sekadar informasi yang hendak dimunculkan — tetapi cermin kemanusiaan yang menuntut tanggung jawab moral dari semua pihak. Apakah pemerintah, korporasi, lembaga pendidikan, aparat keamanan, tokoh agama, hingga kita semua sebagai warga masyarakat.

Papua tidak kekurangan pembangunan, tetapi sering kekurangan penghargaan terhadap martabat manusia. Kita membangun gedung dan tambang, tetapi gagal membangun rasa saling percaya. Kita bicara tentang kemajuan, tetapi lupa tentang kasih.

Karena itu, redaksi ingin mengingatkan: setiap tragedi, konflik, dan kekerasan bahkan polemik publik adalah alarm nurani. Ia memanggil kita untuk kembali menata cara pandang terhadap sesama — agar setiap kebijakan, tindakan, dan berita tidak kehilangan jiwa kemanusiaannya.

Momen Papua News akan terus berdiri sebagai ruang jujur untuk menyuarakan kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Kami akan terus memihak pada mereka yang lemah, pada suara yang terpinggirkan, dan pada upaya membangun Papua yang damai — bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara batin.
Karena tanah ini tidak butuh lebih banyak berita sensasional, tetapi lebih banyak suara yang jujur dan hati yang peduli.

Penulis: sam nussyEditor: sam nussy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *