Sopir Angkota Timika Keluhkan Pendapatan yang Semakin Menurun

Akibat Utamanya Karena Taksi Online Semakin Mewabah dan Tak Ada Pengaturan Adil

Dua Sopir Angkutan Kota (Angkot) Timika, Ian dan Caga yang tiap HAri Mangkal di Terminal PAsar Sentral Timika. (Foto: Yasin-MPN)
banner 120x600

MPN – MIMIKA. Supir angkot terminal Pasar Sentral Timika mengungkapkan dialaminya penurunan signifikan jumlah penumpang Taksi Angkutan SP2, SP3 dan Pondok Amor atau sebaliknya untuk harga Angkot dari terminal Pasar Sentral Timika sejak awal tahun 2025. Selain semakin banyaknya Taksi Online, juga kurang sigapnya pengaturan yang adil dari pihak yang berwenang.

Sopir Angkot Jurusan Terminal Pasar Sentral Timika ke SP2 dan SP3 bahkan hingga ke Kompleks Perumahan Pondok Amor, Ian dan Caga kepada MPN menyampaikan kondisi yang dialami sepanjang tahun 2025 ini.

Keduanya sama menilai bahwa, faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan itu adalah karena semakin menurunnya jumlah penumpang yang memilih layanan Angkot, akibat semakin mewabahnya operasi taksi Online yang beroperasi. “Lagi pula tarif pada Taksi Online itu jauh lebih murah dan layanannya juga lebih nyaman karena memakai kendaraan ber-AC,” ungkap Ian maupun Caca.

Apalagi kalau di Kompleks Perumahan Pondok Amor Kampung Karang Senang SP3 itu,  ada juga beberapa taksi Online yang mangkal disana, sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan layanan Online, bahkan ada juga layanan Bus Damri gratis dari pemerintah. “Dampaknya, ya kami-kami ini jadi kesulitan untuk bisa mendapatkan penumpang,” keluh keduanya yang sehari-hari masih mengandalkan layanan transportasi publik menggunakan Angkutan Kota milik pribadi.

Kondisi itupun bukan karena Sopir Angkot malas-malasan, karena dalam mengelola usaha untuk mendapatkan nafkah bagi keluarganya juga, baik Ian dan Caga mengakui menjalani jam antrean muat yang sudah diatur. “Kami sopir angkot ini untuk mendapatkan penumpang saja harus mengantri sesuai jadwal dan jam yang sudah ditetapkan dan bisa jalan kalau sudah waktu berangkat. Mau ada penumpang atau tidak, ya tetap harus jalan,” ceriat keduanya denga senyuman lesu.

Kondisi yang sangat menyulitkan untuk mencari dan mendapatkan penumpang itu, juga menyebabkan pendapatan yang dulu masih bisa sangat lumayan. Sangat tidak sebanding dengan yang sekarang ini, bisa dapat sampai Rp200.000 – Rp300.000 saja hanya cukup buat beli BBM, belum lagi untuk kebutuhan di rumah.

Sejak mewabahnya Taksi Online, diakui keduanya bahwa, upaya setiap hari itu hanya bisa dilakukan sebanyak dua kali trayek atau mengantar penumpang satu sampai dua kali saja. Beda dengan sebelum ada Taksi Online, itu bisa mencapai 3 – 4 kali trayek per hari nya.

“Sekarang hanya 1 kali, paling banyak 2 kali itu pun sampai malam hari, sebelum ada taksi online bisa sampai 3 kali,” kata Ian.

Penulis: yasin kelederakEditor: Sam Nussy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *